Penulis: Ading Permadi
Sebagaimana bagian permukaan pulau Jawa lainnya, sampai dengan 2,4 juta tahun yang lalu Sangiran adalah habitat dan ekosistem laut, dengan beragam makhluk hidup pada kala nya. Seiring berjalannya waktu geologis, evolusi geologis menjadikan laut tersebut berubah menjadi rawa. Perubahan habitat dan ekosistemnya terus berlanjut dengan adanya perubahan alamiah : pergerakan lempeng bumi, berbagai bencana alam, gempa bumi dan letusan beberapa gunung berapi, seperti gunung Lawu, yang meluruhkan dan mengendapkan material ke rawa tersebut. Evolusi geologis ini terus berlanjut dengan proses terestrialisasi sehingga akhirnya menjadi habitat dan ekosistem daratan Sangiran.
Seiring dengan evolusi geologis dan iklim nya tersebut, terjadi pula evolusi biologis flora dan faunanya. Banyak bukti fosil, artefak dan replika berbagai makhluk hidup nya dan perubahan perubahannya (seperti berbagai hewan laut, Stegodon, Mastodon, gajah, buaya, kuda sungai / kuda Nil dll) di simpan di Museum Sangiran, Museum geologi dan Museum arkeologi di berbagai negara lain.
Sementara itu, pada jaman Sangiran masih berupa lautan, di Afrika timur telah muncul Homo habilis (manusia bertangan tangkas). Sekitar 2 juta (1,9 juta) tahun yang lalu muncul Homo erectus (manusia yang berdiri tegak) yang merupakan keturunan langsung dari Homo habilis. Di kemudian hari muncul beberapa jenis manusia purba lain, diantaranya Homo heidelbergensis. Pada 1,8 juta tahun yang lalu, Homo erectus keluar dari Afrika bermigrasi ke berbagai kawasan di dunia dengan berjalan kaki. Diantaranya ada yang sampai ke Cina. Pada 1,5 juta tahun yang lalu, Homo erectus telah menghuni Indonesia. Adaptasi Homo erectus di Sangiran yang ekosistemnya sesuai, menjadikan populasinya dapat bertahan hidup bahkan sampai selama satu juta tahun. Ini adalah rentang hidup manusia purba terlama di dunia di Indonesia. Diduga ada kematian masal akibat bencana besar letusan gunung gunung berapi di sekitarnya. Inilah sebabnya, Sangiran menjadi salah satu situs manusia purba terpenting di dunia.
Selama satu juta tahun kehidupannya, telah terjadi evolusi fisik makhluk hidup di situs Sangiran, termasuk perubahan pada fisik tubuh homo erectus. Diantaranya terpantau pada perubahan struktur fisik fosil tengkorak nya. Di Sangiran dan sekitarnya ditemukan 3 tipe struktur fisik tengkorak Homo erectus, sesuai dengan urutan jamannya, yaitu : Homo erectus Arkaik, Homo erectus tipik dan Homo erectus progresif. Struktur fisik tengkorak Homo erectus progresif sudah mendekati struktur fisik tengkorak Manusia modern anatomi Homo Sapiens.
Untuk mengetahui perbedaannya dengan tengkorak Homo Sapiens, berikut adalah perbedaan utama struktur fisik tengkorak manusia purba Homo erectus dengan struktur fisik tengkorak Homo Sapiens, diantaranya :
1. Tulang dahi Homo erectus lebih rendah dan kebelakang, sedangkan tulang dahi Homo sapiens lebih tegak.
2. Tulang kening (alis) Homo erectus lebih menonjol kedepan, sedangkan tulang kening Homo Sapiens tidak (kurang) menonjol kedepan.
3. Tulang rahang bawah Homo erectus merata ke belakang (tidak berdagu), sedangkan tulang rahang bawah Homo sapiens berdagu.